Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Iklan Navigasi Header

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Sumber Wringin Sukowono Jember

بـسـم الله الـرحـمـن الـرحـيـم

Didirikan pada tahun 1912 terletak di Timur laut kota Jember terdapat Pondok Pesantren bernama Raudlatul Ulum. Letaknya yang terpencil membuatnya sulit terjamah oleh komunitas perkotaan,
Didirikan pada tahun 1912 terletak di Timur laut kota Jember terdapat Pondok Pesantren bernama Raudlatul Ulum. Letaknya yang terpencil membuatnya sulit terjamah oleh komunitas perkotaan, meskipun jalanannya sudah beraspal dan nyaman untuk dilalui sehingga tidak heran jika pesantren ini menjadi markas perlindungan tentara Hizbullah di masa peperangan.

Walaupun pesantren ini sulit terjamah dan terletak di daerah yang terpencil, pesantren yang didirikan oleh K.H. Ahmad Sukri ini tetap menjadi primadona bagi para santri yang ingin memanen ilmu sebagaimana namanya; Raudlatul Ulum [Kebunnya ilmu].

K.H. Ahmad Sukri merupakan putra kedua dari pasangan Kiai Ukrimat dan Nyai Dinyah yang merupakan keturunan Bujuk Agung, Toronan Pamekasan. Sedangkan nama asli dari 'Bujuk Agung' adalah Abdurrahman Assegaf yangmana beliau menurunkan banyak ulama-ulama di Maduran dan Jawa Timur seperti PP. Banyu Anyar, PP. Bata-Bata, PP. Tempurejo dan lainnya.

Semakin beranjak dewasa K.H. Ahmad Sukri suka menyepi dan menghindari kehidupan dunia yang membuatnya tidak tenang, sehingga beliaupun berkhalwat di sebuah gunung di desa Dukuoan, Pelalangan. Berkhalwat saja tidak cukup bagi beliau untuk menenangkan diri akhirnya beliau berkelana ke Banyu Anyar Pamekasan dibawah asuhan Kiai Hamid Itsbat yang juga merupakan paman dari Kiai Ahmad Sukri. Dan beliau juga sempat belajar kepada Kiai Abdul Latif [Ayahanda dari Syaikhona Kholil Bangkalan].

Selanjutnya, beliau menunaikan ibadah Haji bersama ibunya dan bermukim disana pula untuk belajar kepada Syarif Ibnu Ghulam Asy-Syinqiti Al-Maghribi selama 4 tahun dan disanalah beliau berteman dengan KH Abdul Adzim Sidogiri. Setelah 4 tahun menetap di Mekkah, terjadilah masa peralihan kekuasaan dari Syarif Husain [Penguasa kota suci Islam pasca runtuhnya Daulah Utsmaniyah] ke raja Sa'ud [Penguasa Wahabi yang memenangi perebutan kekuasaan pada Oktober 1924].

Atas kejadian itu dikarenakan tidak seakidah; Kiai Ahmad Sukri diusir paksa oleh Raja Sa'ud beserta para pengikutnya dan pulanglah beliau ke tanah air. Sesampainya di Indonesia beliau  menikah dengan Hj. Khatijah seorang gadis asal Jember yang masih terhitung kerabatnya.

Akhirnya pada tahun 1912 seorang tokoh masyarakat meminta Kiai Ahmad Sukri untuk menempati lahan jariyahnya di desa Sumberwringin, Sukowono, Jember. Dan disinilah cikal bakal pesantren mulai tumbuh, beliau yang merupakan ulama alumni Mekkah mudah diterima kehadirannya di masyarakat sebagai wadah untuk menimba ilmu, mengadu dan mengeluh.

Sekitar tahun 1933, Kiai Ahmad Sukri wafat dan meninggalkan putra-putri yang terbilang masih sangat muda sehingga putra-putranya dirasa masih belum siap untuk mengasuh pondok. Maka dari itu, keluarga pondok menunjuk Kiai Umar Ikram sebagai pengasuh pondok yangmana beliau merupakan menantu dari Kiai Sukri yang dikenal sebagai orang Alim.

Detail informasi lebih lengkapnya bisa dicek disini

Sumber : Buletin Sidogiri Edisi 35

Post a Comment for "Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Sumber Wringin Sukowono Jember"